Diskursus mengenai kesiapan pertahanan dan kemandirian pertahanan sering kali menjadi dilema bagi pembuat kebijakan. Di satu sisi, pembuat kebijakan ingin memiliki suatu tingkat kemandirian dalam proses pengadaan peralatan pertahanannya. Di sisi lain, pembuat kebijakan perlu memperhatikan keterbatasan yang ada, terutama terkait kebutuhan pertahanan dan modal sumber daya serta realita sosial, untuk menentukan model industri pertahanan yang tepat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana negara-negara di dunia melakukan pemilihan model industri pertahanan dan membangun industri pertahanan mereka sesuai dengan keadaan masing-masing negara. Penelitian dilakukan secara kualitatif berdasarkan studi literatur terhadap 3 subyek negara, yaitu Israel, Uni Emirat Arab, dan Republik Rakyat Cina (Cina dataran). Analisis dilakukan dengan mengkomparasi hasil dari dua kerangka analisis, yaitu analisis PESTLE dan analisis berdasarkan konsep kerangka inovasi yang ditawarkan oleh Cheung. Peneliti menyimpulkan bahwa keberadaan input sumber daya serta tempat mengeluarkan output berupa pasar tempat mengalirkan produk hasil industri pertahanan merupakan satu-satunya elemen yang sama di antara ketiga subyek penelitian. Selain itu, ditemukan bahwa aspek sosial mungkin memiliki pengaruh terhadap pemilihan bentuk keorganisasian, cara kerja manajemen, serta bentuk institusi dan norma hukum yang berlaku dalam bidang pertahanan.