Kepadatan pelayaran di Selat Sunda mendorong pemerintah untuk mengesahkan Traffic Separation Scheme (TSS). TSS menunjukkan arah agar semua kapal bernavigasi beraturan dan mengurangi tabrakan. Digitalisasi digunakan dalam memantau keamanan dan keselamatan pelayaran secara real time dan non-stop. Manajemen digitalisasi sangat diperlukan untuk proses shipping dan informasi pelayaran yang lancar dan update. Vessel Traffic Service (VTS) Merak ditunjuk untuk tugas pemantauan TSS Selat Sunda. Namun, VTS Merak memiliki kelemahan dibandingkan dengan Marine Electronic Highway (MEH) yang ada di Selat Malaka. Tujuan penelitian untuk menganalisis manajemen digitalisasi VTS Merak, menganalisis peluang dan tantangan apabila VTS Merak menerapkan MEH dan menanalisis upaya pemerintah dalam meningkatkan digitalisasi keselamatan dan keamanan kapal di TSS Selat Sunda. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif pendekatan eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen digitalisasi keselamatan dan keamanan kapal di TSS Selat Sunda sudah menerapkan fungsi manajemen dimana unsur 6M mengarah pada tujuan adanya jaminan keselamatan dan keamanan dalam berlalu lintas di TSS Selat Sunda melalui pengelolaan yang terdigitalisasi. Peluang VTS Merak untuk menerapkan MEH hanya terkait perlindungan lingkungan maritim, namun tantangannya terkait aspek legal pemanfaatan ekonomi di ALKI dan kelemahan VTS belum teratasi. Upaya meningkatkan manajemen digitalisasi di TSS Selat Sunda dilakukan pemerintah dengan pengembangan Marine Command Center (MCC), kerjasama dengan K/L untuk integrasi data navigasi, dan E-Navigation serta E-pilotage. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen digitalisasi di TSS Selat Sunda sudah mengarah pada tujuan keselamatan dan keamanan kapal meskipun tidak dapat diterapkan seperti MEH di Selat Malaka namun dapat diupayakan mendigitalisasi aspek yang lebih sesuai dengan kondisi di Selat Sunda.