Situs Manusia Purba Sangiran ditetapkan sebagai situs Warisan Budaya Dunia pada 7 Desember 1996. Selain itu, Situs Sangiran juga ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Di wilayah Situs Sangiran yang strategis, beberapa kali terjadi bencana banjir dan tanah longsor sehingga diperlukan upaya mitigasi bencana. Namun, upaya mitigasi bencana juga dimungkinkan berimplikasi terhadap nilai universal luar biasa, keutuhan dan keaslian, serta perlindungan dan pengelolaan di Situs Sangiran. Oleh sebab itu, peneliti melakukan penelitian dengan tujuan
menganalisis upaya mitigasi bencana banjir dan tanah longsor serta implikasinyaterhadap eksistensi Situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan desain studi kasus. Data diperoleh dengan kegiatan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah itu, data diolah dengan triangulasi dan dianalisis melalui analisis data interaktif. Dalam hasil penelitian, ditunjukkan bahwa upaya mitigasi banjir di Situs Sangiran sudah dilakukan dengan cukup baik karena menerapkan sepertiga dari keseluruhan upaya mitigasi banjir. Berkaitan dengan bencana tanah longsor, upaya mitigasinya sudah dilakukan dengan baik karena telah menerapkan dua pertiga dari keseluruhan upaya mitigasi bencana tanah longsor. Sementara itu, implikasi mitigasi bencana banjir dan tanah longsor terhadap eksistensi Situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia berada pada taraf sedang karena ada dampak positif maupun negatif. Atas dasar tersebut, peneliti merekomendasikan instansi terkait untuk membuat analisis dan peta risiko bencana, pedoman mitigasi bencana, pelatihan dasar kebencanaan, rambu atau papan informasi bencana, jalur evakuasi, relokasi penduduk, pengerukan sedimentasi atau normalisasi sungai, sistem peringatan dini dan penyebaran informasi, rencana kontinjensi, serta mitigasi bencana konservatif.