RSG-GAS berada di KNS, selain bermanfaat untuk pertanian, peternakan, kesehatan, dan industri, juga memiliki potensi lepasan radioaktif ke luar KNS sampai radius 5 km, karena RSG-GAS mempunyai daya thermal yang cukup besar yaitu 30 MW. Terlebih umur operasi RSG-GAS telah menua melewati 30 tahun, ditambah keberadaan RSG-GAS di wilayah administratif Kota Tangselmemiliki kelas risiko tinggi terhadap gempabumi dan cuaca ekstrem, serta pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dalam radius 1 km, mengakibatkan ancaman dari ulah manusia semakin meningkat, seperti terorisme dan sabotase. Untuk dapat mengurangi risiko bencana, diperlukan upaya mitigasi struktural dan nonstruktural. Penelitian ini bertujuan menganalisis mitigasi struktural dan nonstruktural di RSG-GAS, serta menganalisis lessons learned kejadian bencana Fukushima Daiichi terhadap upaya mitigasi struktural dan nonstruktural di RSG-GAS. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain penelitian deskriptif eksploratif. Hasil penelitian menunjukan bahwa mitigasi struktural telah mulai dilakukan pada evaluasi karakteristik tapak dari penentuan calon tapak hingga tahap operasi terhadap bahaya internal dan eksternal, hasil evaluasi menjadi pertimbangan dalam desain RSG-GAS. Penilaian ulang kerentanan dan pengujian struktur RSG-GAS juga telah dilakukan oleh pihak eksternal. Sistem deteksi online dan konvensional telah ada dan terus dikembangkan. Berbagai upaya mitigasi nonstruktural telah dilakukan seperti peraturan, pelatihan, simulasi, dan sosialisasi. Sebagai lesson learned dari kejadian Fukushima Daiichi telah dilakukan simulasi station blackout di RSG-GAS. Mitigasi struktural dan nonstruktural RSG-GAS dapat disimpulkan, terjadi peningkatan upaya mitigasi sesuai Rennas Penangulangan Bencana 2020-2024, guna mendukung keamanan nasional.