Konsep keamanan telah bergeser dari fokus terhadap negara menjadi manusia/individu. Pendekatan dari keamanan manusia telah berkembang, namun banyak yang masih merasa tidak aman akibat dari masih adanya konflik kekerasan, krisis yang berlarut, bencana alam seberti longsor, tsunami, dan lainnya yang mengancam hidup manusia. Seperti halnya pandemi Covid-19 telah menelan jutaan korban di seluruh dunia sehingga berbagai peraturan baru dibuat, berharap bisa mengendalikan pandemi. Dampak dari pandemi ini, secara massive bukan hanya pada kesehatan, namun juga merubah tatanan sektor sosial, ekonomi, maupun politik. Pada akhirnya kondisi pandemi dapat menimbulkan konflik-konflik ‘baru’ dalam komunitas masyarakat, dan masyarakat adat menjadi makin rentan terhadap situasi ini. Namun di tengah kondisi ini banyak masyarakat adat membuktikan mampu bertahan hidup dengan cara mereka. Salah satunya adalah masyarakat adat Boti di Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan untuk melihat cara Orang Boti membangun ketahanan sosial di tengah pandemi dengan solidaritas/kearifan yang mereka miliki. Dengan menggunakan keamanan manusia, teori kebutuhan dasar Abraham Maslow, teori peran, dan ketahanan sosial dalam menganalisa. Adapun metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif-sekunder yang memanfaatkan sumber-sumber primer dan sekunder dari pihak-pihak yang bersangkutan. Adapun temuan dari penelitian ini adalah kemampuan mereka menghadapi potensi konflik akibat pandemi dengan cara memegang teguh falsafah hidup mereka.