Berbagai upaya perdamaian liberal telah dilakukan di konflik Afghanistan yang kompleks dan berkepanjangan, tetapi selalu mengalami kegagalan untuk menciptakan perdamaian yang sustainable. Indonesia selama beberapa tahun terakhir terlibat sebagai fasilitator perdamaian di Afghanistan. Permasalahan penelitian ini adalah mengenai faktor-faktor yang menghambat proses perdamaian dan upaya yang dapat dilakukan Indonesia sebagai fasilitator perdamaian Afghanistan melalui multitrack peace building approach. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis mengenai faktor-faktor yang menghambat proses perdamaian dan upaya yang dapat dilakukan Indonesia sebagai fasilitator perdamaian Afghanistan melalui multitrack peace building approach. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melibatkan enam orang informan, yaitu dua tokoh dari Pemerintah Indonesia, dua ulama Indonesia, satu ulama Afghanistan dan satu orang Indonesia eks jihadis di Afghanistan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menghambat proses perdamaian di Afghanistan adalah perebutan kekuasaan antar kelompok, persaingan etnis, absennya ideologi nasional, rendahnya pendidikan, budaya kekerasan dan berkembangnya radikalisme, serta adanya kepentingan strategis negara lain di Afghanistan serta masuknya nilai-nilai asing yang tidak sesuai dengan nilai lokal masyarakat Afghanistan. Sementara itu, upaya yang dapat dilakukan Indonesia sebagai fasilitator perdamaian di Afghanistan adalah melanjutkan upaya diplomasi di forum internasional dan kerjasama pelatihan dan pendidikan dengan Afghanistan, serta melakukan pembangunan perdamaian melalui religion-based peace building approach dengan memberdayakan peran NU dan NUA dalam menyebarkan nilainilai Islam Wasathiyah Di Afghanistan Untuk mendorong terciptanya perdamaian yang bersifat bottom-up. Ke depan, penelitian mengenai konflik dan perdamaian di Afghanistan harus terus mengikuti perkembangan konflik yang dinamis dan upaya-upaya perdamaian yang lebih inovatif.