Di tengah ancaman keamanan di kawasan, peringkat Indonesia masih berada pada offshore territorial defense. Padahal Indonesia memiliki kebijakan luar negeri untuk menjaga stabilitas kawasan regional. Untuk menyikapi hal tersebut, Indonesia melalui TNI-AL melakukan diplomasi Angkatan Laut dalam bentuk Multilateral Naval ExerciseKomodo (MNEK) 2016. Akan tetapi, tidak selamanya Multilateral Naval Exercise dapat menjaga stabilitas kawasan. Oleh karena itu, penting untuk melakukan kajian terhadap strategi penguatan naval diplomacy yang dilakukan dalam wujud MNEK 2016. Kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori naval diplomacy, konsep kepentingan nasional dan teori strategi. Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap 9 informan mewakili Kemhan RI, Kemlu, TNI dan pakar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis Creswell. Pengolahan data dilakukan dengan koding yang membantu peneliti dalam menginterpretasi makna dan triangulasi data. Hasil penelitian menemukan bahwa implementasi diplomasi angkatan laut di Multilateral Naval Exercise Komodo tidak memiliki nilai ancaman. Namun memiliki tantangan terkait efek yang dapat bersifat show off force dan hasil diplomasi yang terlihat dalam waktu menahun. Penelitian ini diakhiri dengan analisis strategi yang dilakukan untuk penguatan naval diplomacy. Hasil penelitian menemukan ends dari naval diplomacy adalah menjaga stabilitas kawasan yang dapat dilakukan dengan means dari Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri dengan melakukan peningkatan fungsi prestige di MNEK dan mutual & trust comitment dengan ways melakukan pengembangan pada styles of government yang mengunggulkan potensi martim Indonesia dan kepada Kementerian Luar Negeri juga dapat meningkatkan fungsi prestige terkait penyeimbangan posisi Indonesia di dua forum besar yaitu WPNS dan IONS.