Senjata kimia merupakan bagian dari senjata pemusnah massal yang keberadaannya telah dilarang oleh komunitas keamanan internasional karena sifatnya yang secara perlahan sangat merusak dan mematikan terhadap manusia. Saat ini, keberadaan senjata kimia sendiri masih digunakan baik oleh aktor negara maupun aktor bukan negara. Adanya peningkatan potensi ancaman senjata kimia tentu berbahaya bagi keamanan dan pertahanan negara. Di Indonesia sendiri potensi ancaman senjata kimia perlahan-lahan mulai muncul. Untuk menanggapi hal tersebut, diplomasi pertahanan digunakan sebagai langkah untuk mencegah ancaman dapat terjadi dan berkembang terutama pada saat
situasi keamanan yang masih stabil seperti sekarang. Penelitian ini fokus terhadap bagaimana kondisi diplomasi pertahanan Indonesia menghadapi ancaman senjata kimia saat ini dan strategi yang dibutuhkan di masa depan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknis analisis Miles dan Huberman dan juga analisis SWOT. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori strategi, konsep
diplomasi pertahanan, konsep ancaman senjata kimia, dan konsep kerjasama keamanan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan juga studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diplomasi pertahanan yang dilakukan Indonesia saat ini masih kurang efektif dan optimal dalam menanggapi potensi ancaman yang terus berkembang. Indonesia perlu memiliki strategi tertentu dalam menanggapi hal ini.
Pertama, mendorong keterlibatan dan keaktifan berbagai lembaga terkait sebagai bagian dari keterpaduan menghadapi ancaman senjata kimia. Kedua, melakukan peningkatan kerjasama di lingkup bilateral, regional, dan multilateral. Ketiga, mewujudkan kepemimpinan Indonesia di forumforum internasional terkait ancaman senjata kimia. Keempat, memulai inisiatif dan aktif dalam memberikan usulan terkait kontribusi bersama mencegah penggunaan senjata kimia guna menciptakan lingkungan
keamanan kawasan dan internasional yang stabil.