Kompetisi yang terjadi di Indo-Pasifik telah memicu perubahan
geopolitik yang cepat dan dinamis dalam kurun waktu dua dekade
terakhir. Beberapa peristiwa terkini tersebut diantaranya adalah
terjadinya pembatalan sepihak kesepakatan nuklir antara AS dan Iran
(Joint Comprehensive Plan of Action /JCPA) oleh AS (Belal, 2019),
penarikan Pasukan AS dari Afghanistan, latihan perang antara India dan
Filipina di kawasan LCS (Pristiandaru, 2021), penerapan greyzone
strategy oleh RRT di LCS (Manullang et al., 2020) serta kehadiran Inggris
di Indo-Pasifik dalam konsep Global Britain Hemmings, 2018; Seely MP
& Rogers, 2019), dan pembentukan sejumlah organisasi oleh AS seperti
AUKUS (Australia, United Kingdom, United States) maupun the Quad.
Ada tiga fenomena penting terkait perubahan dan dinamika
geopolitik di Indo-Pasifik akibat kompetisi AS dan RRT yaitu US Pivot to
Asia (Shambaugh, 2018; Silove, 2016), kebijakan One Belt One Road
(OBOR) yang kemudian berubah menjadi Belt and Road Initiatives (BRI)
dari RRT (Cai, 2017), serta konsep Free and Open Indo Pacific (FOIP)
dari Jepang (Diplomatic Bluebook 2017, 2017). Pivot to Asia, BRI, dan
FOIP merupakan strategi geopolitik yang implementasinya mencakup
wilayah Indo-Pasifik di mana Indonesia berada di tengah-tengahnya.
Oleh karena itu dapat dipastikan memiliki dampak terhadap kepentingan
nasional Indonesia.