Sejak Claimed Nine Dash Line China yang mengambil sebagian wilayah Natuna Utara Indonesia, khususnya Blok Natuna D-Alpha yang menyimpan cadangan gas dengan volume 222 Triliun Kaki Kubik menimbulkan permasalahan hilang atau bertahannya kedaulatan laut Indonesia di mata Internasional. Tujuan Penelitian ini untuk mewujudkan strategi perang semesta dalam mengatasi ancaman di perbatasan wilayah kepulauan Natuna Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif induktif melalui pendekatan studi kasus. Teori dan konsep menggunakan teori strategi, teori perang, teori perbatasan, teori Kerjasama dan konsep ancaman. Hasil penelitian menunjukan, pertama kategorisasi ancaman di wilayah kepulauan Natuna berasal dari China yaitu pelanggaran illegal fishing, pengiriman milisi berupa mata-mata nelayan China, Cost guard China, militer China dan ancaman perang laut China melawan aliansi Australia, Amerika dan Inggris (Aukus) Potensi eskalasi ancaman muncul dan menimbulkan distabilitas kawasan Asia Tenggara serta menghadirkan ancaman baru di masa depan, yakni Hybrid war, Tech Based, High level of Destruction, Decisive Battle, Joint Warfare, dan Multi Domain Operation. Kedua, penciptaan strategi perang semesta dengan membangun kekuatan militer di pulau Natuna melalui implementasi dan realisasi gelar pertahanan dari ketiga matra dan adaptif terhadap perubahan ancaman pada tiga matra, yang berkualitas dan bersinergis antara ketiga matra dan membangun diplomasi militer di wilayah perbatasan membantu operasi Badan Keamanan Laut (Bakamla) berupa patrol keamanan dan mengaktifkan intelijen di wilayah kepulauan Natuna Ketiga, Implementasi Strategi Perang semesta diberlakukan melalui mekanisme dan skema eksistensi, pembangunan image, pembangunan koalisi, dan langkah koersif melalui upaya deterrence untuk senantiasa berjalan upaya kesemestaan dalam upaya pertahanan dan keamanan kepulauan Natuna.