Sri Lanka telah menghadapi liputan negatif tentang situasi keamanan dan hak asasi manusiasejak tahun 2009. Salah satu alasan utama untuk liputan keamanan dan hak asasi manusia yang negatif sejak tahun 2009 adalah bahwa negara tersebut terus terlibat dalam diplomasi tradisional yang tidak efektif di era yang serba cepat saat ini, penyebaran informasi yang luas melalui internet dan media sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis (bagaimana) Sri Lankamenggunakan diplomasi digital untuk mengurangi liputan negatif dari situasi keamanan dan hak asasi manusia setelah tahun 2009 dan untuk menganalisis (bagaimana) diplomasi pertahanan dapat digunakan untuk meningkatkan diplomasi pertahanan di Sri Lanka. Temuan dari penelitian tersebut mengungkapkan bahwa Diplomasi Digital belum diadopsi di Sri Lanka untuk mengurangi liputan negatif tentang situasi keamanan dan hak asasi manusia. Kegagalan untuk mengadopsi liputan pertempuran negatif tentang situasi keamanan dan hak asasi manusia di negara tersebut dapat dikaitkan dengan beberapa faktor. Faktor-faktor ini termasuk tantangan keuangan, masalah terkait karyawan, dan terkait kebijakan, (dan) kurangnya dukungan dari kepemimpinan pemerintah untuk mengadopsi DD. Temuan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa DD dapat digunakan untuk meningkatkan diplomasi pertahanan di Sri Lanka dalam beberapa cara. Cara-cara ini termasuk menggunakan media sosial untuk melawan publisitas negatif situasi keamanan dan hak asasi manusia oleh aktor negara dan non-negara, penyebaran gambaran aktual situasi keamanan dan hak asasi manusia di negara tersebut, memfasilitasi biaya rendah dan komunikasi dua arah yang efektif dengan semua pemangku kepentingan, mempresentasikan posisi pemerintah Sri Lanka secara efektif pada pertemuan legislatif dan kegiatan sosial lainnya di luar negeri, membangun dukungan yang efektif untuk Sri Lanka di antara negara-negara anggota di badan dan forum internasional, serta mengidentifikasi dan mengurangi ancaman yang ada terhadap negara tersebut.