Tugas TNI AD dalam rangka Sishankamrata adalah kesiapsiagaan untuk melaksanakan operasi perang (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP) dengan sumber daya yang dimiliki berupa alpalhankam yang memadai. Amphibious RIG M3 merupakan alpalhankam dengan misi asazi sebagai mobile brigde untuk penyeberangan sungai bagi alpalhankam lainnya pada OMP dan bantuan mitigasi kebencanaan pada OMSP. Titik kritis pertama pengoperasian Amphibious RIG M3 adalah proses pendaratan dihadapkan dengan karakteristik topografi dan geologi sungai berupa daya dukung struktur tanah yang rendah. Kondisi seperti ini telah disadari oleh jajaran Batalion Zipur TNI AD, sehingga solusi yang diambil pada kegiatan latihan adalah melakukan penggalian bantaran sungai untuk memperoleh kemiringan landasan ideal dan menggelar trackway untuk meningkatkan daya dukung tanah. Dihadapkan dengan kemungkinan situasi pertempuran, metode ini akan mengurangi aspek military mobility yaitu kecepatan bergerak bagi pasukan manuver, serta berpotensi kendaraan Amphibious RIG M3 gagal mendarat. Penelitian ini mempergunakan metode Research And Depvelopment dimulai dengan melaksanakan observasi dan identifikasi fenomena masalah dalam proses pendaratan, dan dilanjutkan dengan analisis kebutuhan peralatan bantu bag
kendaraan Amphibious RIG M3.Hasil penelitian pada karakteristik sungai di Indonesia, diperoleh gambaran adanya tepian sungai dengan karakteristik terjal. Sedangkan hasil penelitian pada fenomena pendaratan diperoleh gambaran bahwa tepian sungai terjal akan menjadi penghambat bagi operasional Amphibious RIG M3 terlebih apabila struktur tanah memiliki daya dukung yang rendah. Sebagai solusi telah dilaksanakan pengembangan design requirement & objective (DR&O) Floating Ramp Taktis yang memiliki fungsi sebagai ramp pendaratan dengan prinsip kerja dapat tenggelam untuk meluncurkan ke sungai dan timbul kembali untuk mendaratkan ke daratan bagi kendaraan Amphibious RIG M3.