Dari tahun 2008 hingga 2021, 75–80% kebutuhan LPG Indonesia berasal dari impor. LPG merupakan bahan bakar utama untuk sektor perumahan. Meskipun jumlah cadangan dan sumber daya batubara yang diperkirakan dan terbukti sangat besar, misalnya batubara kalori rendah dengan total 31.856,93 Mton, yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk gasifikasi batubara menjadi DME, proyek Coal to DME belum maju sejak awal. Oleh karena itu, perlu menganalisis implementasi hilirisasi batubara di Indonesia ditinjau dari pertahanan negara dan menganalisis penerapan dari hilirisasi industri batubara di Indonesia untuk memperkuat ketahanan energi dan pertahanan negara. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi yang dilengkapi dengan analisis SWOT.Gasifikasi batubara ke DME di PT. Bukit Asam Tbk. Dalam skema BOT selama 20 tahun, Air Product Chemical Incorporated menjadi pengolah batubara menjadi DME dengan investasi awal 100% sebesar US$ 2,1 miliar, diikuti oleh PTBA sebagai pemasok batubara & penyedia lahan dan Pertamina Patra Niaga sebagai DME off-taker yang akan dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan LPG dalam negeri. Sumatera Selatan dalam pengelolaan hilirisasi batubara menjadi. Berdasarkan analisis SWOT, upaya dari hilirisasi industri batubara menjadi DME di Indonesia untuk memperkuat ketahanan energi dan pertahanan negara adalah berada dalam kuadran I yang berarti harus meningkatkan eksplorasi dan cadangan batubara, percepatan fasilitas gasifikasi yang menghasilkan “metanol, amonia, dan DME, pemetaan industri kimia dasar berbasis batubara” dan menggunakan BUMN untuk negosiasi investasi hilir dan pemanfaatan bonus demografi dapat meningkatkan lapangan kerja dan perekonomian. Kemudian terlaksananya proyek ini dapat meningkatkan kemandirian energi Indonesia, ketahanan energi Indonesia dan serta pertahanan negara.