Industri energi menjadi target utama peretas karena penyebaran kampanye spionase, Ransomare, sabotase dan penyabotan sistem untuk memutus aliran listrik dan transisi merupakan celah baru bagi penjahat untuk mengekspolitasi lewat dunia maya. Sistem energi saat ini bersifat Internet of Things (IoT) sehingga kerawanan terjadi di hampir semua belahan dunia demi kepentingan pribadi. diperlukan sistem yang berpotensi untuk menangkal berbagai ancaman siber, salah satunya sistem blockchain. Tujuan penelitian menganalisis dan membuat kriteria yang mempengaruhi sustainability di sektor energi berdasarkan teori keamanan siber dengan menggunakan AHP, Potensi pengembangan sistem blockchain sebagai sustainability dalam konsep ketahanan energi dan sistem blockchain yang ditinjau dari aspek Six-ware cyber security Framework pada PLTS Cirata 1 MW dari PT. Pembangkit Jawa-Bali dan dan PT Pembangkit Listrik Negara. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yang dilengkapi dengan analisis AHP. Hasil Penelitian Pemanfaatan Sistem Blockchain sebagai penguat sustainability dan prioritas utama aspek Six-ware cyber security Framework (SWCSF) pada PLTS 1 MW Cirata dan PT PLN Gandul. Kesimpulan bahwa kriteria terpenting untuk menjaga sistem tetap aktif pada User yang berwewenang (Availability) bobot terbaik 46.9%, Pengembangan sistem blockchain yang didukung dengan pembangunan PLTS roof-top rumahan dan kelistrikan rumah, Implementasi Kerjasama terpenuhi maka dapat dilakukan penjualan energi pada pembeli lainnya tanpa melalui pihak ketiga seperti PLN ataupun Sparkz. Prioritas Six-ware cyber security pada Aplikasi Blockchain saat ini sangat penting untuk berfokus dalam mengembangkan Brainware (SDM) terkait sistem blockchain. Brainware atau Human Factor, seperti Chief Information Security Officer (CISO) aspek utama dalam lingkungan keamanan jaringan.