Adanya klaim sepihak yang dilakukan oleh China di Laut China Selatan melalui kebijakan sembilan garis putus berdasarkan sejarah mengakibatkan ketegangan antar negara di kawasan. Demikian pula Amerika Serikat berusaha untuk mempengaruhi negara-negara di kawasan dengan membangun pangkalan Militer di Filipina. Kesepakatan Declaration on the Conduct dengan tujuan membangun trust, kerjasama dan dialog, yang diusulkan ASEAN sebagai upaya solusi konflik, mengalami kebuntuan. Karena itu Indonesia merespon dengan menginisiasi Zero Draft Code of Conduct yang lebih mengikat secara hukum, sebagai sikap Indonesia untuk mewujudkan kestabilan Kawasan sebagai kepentingan keamanan di kawasan. Tujuan penelitian ini adalaha untuk menganalisis konflik di LCS; Kepentingan keamanan nasional di LCS; dan langkah mediasi Indonesia melalui inisiatif Zero Draft CoC. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis melalui wawancara dan studi literatur sebagai bagian dari pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukan kemampuan mediasi Indonesia melalui dokumen Zero Draft CoC yang masih belum diterima sebagian negara akibat persoalan trust diantara claimant states. China yang keberatan dengan Amerika Serikat dan claimant states lainnya yang meragukan komitmen China. Meski begitu, Indonesia berperan besar dalam memediasi konflik yang berkembang tersebut dengan mengajak semua pihak untuk mendorong kestabilan kawasan. Zero Draft CoC menjadi referensi dalam melahirkan CoC lainnya meski konflik belum sepenuhnya terselesaikan. Namun Indonesia berhasil mendorong semua pihak menahan diri sehingga tidak mengganggu kegiatan ekonomi, politik, dan keamanan di kawasan. Karena itu penelitian ini menyarankan Indonesia perlu mendorong kode etik mengarah pada hukum yang mengikat untuk menjamin kestabilan kawasan.