Selama ini counter terrorism dalam peacekeeping operations dianggap sebagai dua fungsi yang berbeda, counter terrorism lebih ke hard approach sedangkan peacekeeping adalah soft approach, padahal kedua hal tersebut dapat dikolaborasikan. Diharapkan dari penelitian ini, dapat menjadi landasan dalam pengembangan framework peacekeeping operations yang berkelanjutan (sustainable peace) dalam menghadapi dinamika perkembangan ancaman terorisme di daerah misi. Tesis ini menganalisis tentang pandangan Kemenlu RI dan ODC Kedubes Amerika Serikat tentang kerja sama Indonesia dan Amerika Serikat dalam misi pemeliharaan perdamaian dan keuntungan yang diperoleh Indonesia dan Amerika Serikat dengan kerja sama tersebut. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analitis, di mana data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan studi pustaka. Data penelitian ini didapat dari 11 narasumber meliputi Kemenlu RI, ODC Kedubes Amerika Serikat, PMPP TNI, Para Praktisi Peacekeeper Indonesia dan negara sahabat, Koopsus TNI dan BNPT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk saat ini belum perlu adanya pembentukan Counter Terrorism and Peacekeeping Task Force bagi para pasukan Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB. Namun perlu adanya penguatan latihan PDT yang diselenggarakan PMPP TNI yaitu pada materi untuk mempersiapkan pasukan dalam melindungi diri dan Protection of Civilian (POC) dari ancaman teroris mengikuti perkembangan situasi di daerah misi. Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat mengkolaborasi operasi counter terrorims dan peacekeeping dalam rangka mengembangkan framework peacekeeping operations yang berkelanjutan (sustainable peace) dan secara praktis dapat memberi manfaat bagi pemangku kebijakan mulai dari Kemenlu RI, Mabes TNI dan PMPP TNI sebagai penyelenggara latihan PDT.