Konsumsi minyak goreng di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Salah satu kawasan padat penduduk, yakni DKI Jakarta mengonsumsi sebanyak 151.281,408 kilo liter dengan potensi minyak jelantah kurang lebih mencapai 30.256,28 kilo liter pertahunnya. Minyak jelantah ini tidak hanya dapat mencemari lingkungan namun ternyata memiliki nilai ekonomis, salah satunya dapat dijadikan sebagai bahan baku biodiesel. Rumah Sosial Kutub (RSIK) dalam program Tersenyum (Terima Sedekah Minyak Jelantah untuk Mereka) telah menghimpun minyak jelantah untuk diekspor dan dijadikan biodiesel. Permasalahn penelitian yakni terkait kelayakan manfaat apabila produksi biodiesel dari minyak jelantah dilakukan di RSIK dan terkait strategi yang harus diambil dalam pemanfaatan minyak jelantah sebagai biodiesel untuk meningkatkan ketahanan energi. Tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi dan menganalisa cost-benefit dari pemanfaatan minyak jelantah sebagai biodiesel di RSIK serta strategi yang harus diambil dalam pemanfaatan minyak jelantah sebagai biodiesel untuk meningkatkan ketahanan energi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengolah data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RSIK layak secara finansial dengan nilai NPV= Rp. 20.601.442.381, PP= 1,26, N (B/C)= 4,59, IRR tangible= 26%, IRR tangible+intangible= 77% dan terkait strategi perlu adanya pengumpulan minyak jelantah & pemanfaatan biodiesel yang dihasilkan, sedangkan terkait ketahanan energi terdapat 3 aspek yang berpengaruh yakni availability, acceptability, dan sustainability.