Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan kekayaan sumber daya alam melimpah, menghadapi kompleksitas pengelolaan ekonomi negara. Penelitian ini berfokus pada mineral kritis yaitu bauksit, mineral yang telah dieksploitasi untuk memproduksi logam Aluminium dan penting bagi Industri Pertahanan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian industri pertahanan Indonesia dengan fokus pada tantangan dan strategi rantai pasok aluminium sebagai bahan baku. Metode dalam penelitian ini menggunakan kuasi kualitatif, yaitu dengan mendapatkan data secara kualitatif yang kemudian di kuantitatif untuk merinci fenomena dengan data yang terukur. Dengan menggunakan studi kasus pada Holding Defence Industry Indonesia (DEFEND ID) dengan objek PT Dirgantara Indonesia (Persero), penelitian ini difokuskan pada pemanfaatan sektor aluminium sebagai langkah strategis untuk mencapai kemandirian industri pertahanan. Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan data primer dan data sekunder yang kemudian dilakukan metode triangulasi. Kemudian data yang telah di triangulasi, dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Analisis Political, Economic, Social, Technological, Legal and Environmental (PESTLE). Data yang telah diolah, di intepretasi menggunakan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hasil pengolahan data menghasilkan nilai Internal Factors Analysis Summary (IFAS) sebesar −0,1637 dan External Factors Analysis Summary (EFAS) sebesar −0,1082 dengan strategi Weaknesses-Threats (W-T). Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam strategi yang dapat diusulkan untuk menyusun kebijakan dalam Grand Design guna mengoptimalisasi rantai pasok aluminium yang mendukung untuk meningkatan kemandirian industri pertahanan di Indonesia.