Kebijakan penanggulangan terorisme di Indonesia mengandalkan pada hard power (melalui penegakan hukum) dan soft power (melalui kontraradikalisasi dan deradiikalisasi). Sementara itu, radikalisme adalah ancaman yang nyata bagi Indonesia. Karena radikalisme adalah pintu gerbang menuju aksi terorisme yang dampaknya mampu meruntuhkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme berupaya untuk menurunkan potensi radikalisme di Indonesia dengan mengimpelementasikan Strategi Pentahelix yang melibatkan multipihak yaitu Akademisi, Pengusaha, Komunitas, Pemerintah, dan Media. Meskipun demikian dalam salah satu riset mengatakan, bahwa masih ada komponen pentahelix yang belum berperan, sehingga strategi pentahelix dalam rangka menurunkan potensi radikalisme di Indonesia dianggap kurang berhasil. Tujuan penelitain ini untuk melakukan penelitian ulang tentang Implementasi Strategi pentahelix Badan Nasional Penanggulangan Terorisme di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan dokumentasi serta pengujian keabsahan data dengan menggunakan triangulasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa bagaimana implementasi strategi Pentahelix Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Dalam menurunkan Potensi radikalisme di Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah, Implementasi Strategi Pentahelix Penanggulangan Terorisme telah berhasil menurunkan potensi radikalisme di Indonesia dengan melibatkan lima komponen pentahelix. Itu semua dapat terlaksana karena terbangunnya sinergi dan koordinasi yang baik antara Akademisi, Pengusaha, Komunitas, Pemerintah, dan Media.