Arsitektur pertahanan pada instalasi bangunan militer memiliki peran strategis
dalam melindungi personel serta memastikan kelangsungan operasi pertahanan
negara. Saat ini, banyak bangunan militer di Indonesia, khususnya di lingkungan
TNI AD, masih menggunakan desain konvensional yang kurang optimal dalam menghadapi ancaman fisik, seperti serangan bersenjata dan ledakan. Studi ini
bertujuan untuk mengembangkan model arsitektur pertahanan berbasis material
lokal yang mampu meningkatkan ketahanan bangunan terhadap berbagai ancaman keamanan dan mengembangkan fungsi banguan sehingga mampu digunakan untuk mendukdung fungsi kebencanaan. Penelitian ini mengisi celah akademik yang belum terwadahi pada desan bangunan yang ada. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed-method) dengan pendekatan Concurrent Embedded Model, yang mengintegrasikan analisis kualitatif sebagai metode utama dan analisis kuantitatif sebagai metode pendukung. Untuk data kualitatif melakukan observasi lapangan, wawancara ahli dan Focus Group Discussion (FGD). Teknik pengumpulan data kuantitatif menggunakan metode uji eksperimen dengan melakukan uji tembak terhadap berbagai jenis material bangunan, seperti batu Palimanan, batu candi, dan beton serat. Hasil penelitian Analisis SWOT dan Analytical Hierarchy Process (AHP) mengonfirmasi bahwa faktor keamanan dan fungsi menjadi prioritas utama dalam pengembangan model arsitektur pertahanan, sedangkan material batu alam palimanan mampu menahan tembakan peluru kaliber 5,56mm pada jarak 50 m dengan tingkat kerusakan 10,14%, serta lebih ekonomis dan tersedia secara lokal. Konsep Model pengembangan arsitektur pertahanan pada instalasi bangunan militer khususnya bangunan Kodim Tipe-A adalah mengembangkan bangunan yang ada guna mendukung OMP sebagai benteng pertahanan, dengan memasang persenjataan dan memperkuat dinding dengan batu alam Palimanan, dan OMSP, bangunan Kodim dapat berfungsi mendukung kebencanaan seperti pegungsian, dapur umum dan lainnya.